KOHERENSI ERA
Pada pemutakhiran era tersebut memang dalam universalitas merupakan sebuah sistem begin and end. Pada konsepsi apriori analitis ini menimbulkan the way of life bahwa era adalah jalan utama dalam menuju kebutuhan berbudaya. Kehidupan manusia mulai membuat diagram budaya pada mega culture. Dengan konsepsi the way of life struktur "Era" mulai membuat dogma kebutuhan zaman. Pelbagai perihal di pengaruhi dogmatisme kebutuhan zaman. Ini tentunya mengundang keraguan dalam kedaulatan konsep apriori analitis. Walaupun dalil era "raksasa waktu" adalah apriori sintetis, yang membutuhkan penegasan empiris. Kemudian hal yang paling mendasar adalah mengapa era harus di sandarkan pada pengalaman waktu? Jika manusia mempersempit era akan menjadikan manusia harus melewati sebuah atau bahkan segala era untuk memenuhi prinsip empirisme. Di dalam konteks itu era harus di investigasi dengan mendalam. Sehingga era bisa terlepas dari belenggu dogmatis empirisme.
Namun, pada akhirnya konsepsi metafisika mengenai era akan laku dalam arena ide. Dengan konsepsi apriori analitis era tidak bisa dibiarkan sebagai pemahaman baku mengenai empirisme manusia saja. Universalitas di dalam konsepsi era tersebut harus teruji di dalam pure reason. Sebut saja Immanuel Kant, sebagai sebuah jalan filsafat konsepsi era perlu diperluas sebagai ilmu pengetahuan. Ini adalah usaha untuk menduga dan membantu kemustahilan tetap hidup. Dengan begitu ruang kosong yang kita sebut ilmu pengetahuan murni mendapatkan kebenaran. Kebenaran dalam arti penghujanan segala sudut pandang ilmu pengetahuan. Dalam konsepsi apriori analitis sebetulnya dipengaruhi oleh kebebasan (kehendak) untuk tetap menghidupi akal budi. Pengaruh era memang sulit terlepas dari kejadian empirisme yang membuat kehidupan kekayaan intelektual terhenti. Meski begitu prinsip-prinsip yang bergerak di dalam apriori ini harus bisa membuat bukti terhadap adanya yang tak terbaca oleh empirisme.
Kemungkinan bahwa konsepsi itu akan membuat pengakhiran di dalam tujuan dari era tampak jelas. Tidak hanya pada aposteriori. Akan tetapi pada kognisi apriori yang membuat ruang kosong dalam akal budi akan melanjutkan diri sebagai penegasan elektoral. Enumerasi di dalam step logic memang di butuhkan di dalam apriori analitis bahwa erabukan saja sebuah "raksasa waktu". Ini membuat keanggunan intuisi yang lahir sebagai jalan tengah dari semua budaya absurd. Eliminasi dari culture shock tidak berpacu di dalam konteks fisika saja. Namun, pemahaman yang sepihak terhadap aposteriori sintetis juga mulai rekonstruktif. Tidak lagi mempersoalkan kemenangan era sebagai adigdaya konspirasi manusia. Maupun era sebagai simulacra seperti ujaran Jean Baudilyard.***
Kemungkinan bahwa konsepsi itu akan membuat pengakhiran di dalam tujuan dari era tampak jelas. Tidak hanya pada aposteriori. Akan tetapi pada kognisi apriori yang membuat ruang kosong dalam akal budi akan melanjutkan diri sebagai penegasan elektoral. Enumerasi di dalam step logic memang di butuhkan di dalam apriori analitis bahwa erabukan saja sebuah "raksasa waktu". Ini membuat keanggunan intuisi yang lahir sebagai jalan tengah dari semua budaya absurd. Eliminasi dari culture shock tidak berpacu di dalam konteks fisika saja. Namun, pemahaman yang sepihak terhadap aposteriori sintetis juga mulai rekonstruktif. Tidak lagi mempersoalkan kemenangan era sebagai adigdaya konspirasi manusia. Maupun era sebagai simulacra seperti ujaran Jean Baudilyard.***
___________________________________
*) Penulis: Andi Hidayat
0 Comments for "Koherensi Era"
Silakan tulis komentar anda!